PROPOSAL
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
PENINGKATAN HASIL
BELAJAR IPS MATERI PERJUANGAN
MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL
THROWING PADA SISWA KELAS V MI NURUL HUDA REJOSARI BANDONGAN MAGELANG
Disusun oleh:
|
|
|
IKHWAN
SULISTIONO
|
|
|
|
PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) PGMI A
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKRTA
2014
PROPOSAL
JUDUL PENELITIAN
“PENINGKATAN
HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MATERI PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN
KEMERDEKAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING PADA SISWA
KELAS V MI NURUL HUDA REJOSARI BANDONGAN MAGELANG”
A. LATAR
BELAKANG MASALAH
Di sekolah dasar atau Madrasah Ibtidaiyah terdapat
berbagai macam mata pelajaran di antaranya adalah matematika, bahasa indonesia,
IPA, IPS, PKn, Fiqih, Alqur’an Hadist, SKI, Akidah Akhlaq dan muatan lokal
(bahasa inggris, bahasa Jawa, bahasa arab). Dari berbagai mata pelajaran tersebut,
terdapat salah satu mata pelajaran yang mempunyai nilai strategis dan penting
dalam mempersiapkan manusia unggul yang di dalamnya terdapat materi yang dapat
mendidik siswa akan nilai-nilai kebhinekaan bangsa, budaya, agama dan peradaban
dunia, menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi dan transportasi
antar bangsa di dunia, mengurangi kemiskinan, kebodohan dan perusakan terhadap lingkungan.
Mata pelajaran yang sesuai dengan kriteria tersebut yakni Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS). Pada prakteknya di dalam proses pembelajaran, terkadang hal
tersebut belum bisa berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan karena adanya
hambatan-hambatan. Hal yang menjadi hambatan dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) adalah kurangnya kemampuan guru dalam mengemas
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan metode yang menarik,
menantang, dan menyenangkan. Dalam proses pembelajaran ketika peneliti
melakukan observasi terlihat bahwa guru masih mendesain siswa untuk mengingat
dan menghafal seperangkat fakta yang diberikan oleh guru, seolah-olah guru
adalah sumber utama pengetahuan atau biasa disebut dengan teacher center dimana
pembelajaran berpusat pada guru saja. Teknik pembelajaran seperti itu tentu
saja mengakibatkan kurangnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar
karena pembelajaran bersifat monoton dan siswa cenderung pasif. Pembelajaran
yang monoton dan pasif tersebut dapat menimbulkan kebosanan pada siswa dan
kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
yang pada akhirnya dapat berakibat pada menurunnya hasil belajar siswa. Seperti
halnya pada MI Nurul Huda Rejosari Bandongan, dari pengalaman peneliti pada
saat melakukan observasi ditemukan bahwa sebagian guru terlihat belum
menyampaikan materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan metode
yang menarik, menantang, menyenangkan dan sedikit sekali melibatkan keaktifan
siswa pada saat pembelajaran dan peneliti juga menemukan bahwa hasil belajar
siswa kelas 5 pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) masih berada di
bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan yakni 65. Pada
observasi tersebut dapat dilihat bahwa 39% (15 siswa) tuntas dan 61% (23 siswa)
belum tuntas dengan nilai rata-rata 53 serta nilai tertingginya yaitu 73 dan
nilai terendah yaitu 32.Hasil belajar tersebut akan lebih dijelaskan pada tabel
di bawah ini.
Tabel
1 Hasil Belajar Siswa
No.
Interval Nilai Jumlah Siswa
NO
|
INTERVAL
|
NILAI
|
1
|
76
- 100
|
-
|
2
|
51
- 57
|
15
|
3
|
26
-50
|
23
|
4
|
≤
25
|
-
|
Selain itu data juga diperkuat dari hasil wawancara
yang dilakukan dengan beberapa siswa kelas 5 yang mengatakan bahwa pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) itu hanya seperti itu-itu saja atau kurang
menyenangkan karena setiap pelajaran siswa hanya memperhatikan guru dalam
menyampaikan materi saja tanpa disuruh melakukan tindakan sehingga siswa sering
merasa bosan. Dari permasalahan di atas diperkuat oleh pernyataan Sigit Dwi
Kusrahmadi (2006: 3) yang menyebutkan bahwa penyajian pendidikan IPS juga dikerjakan
oleh guru yang kurang kreatif, yang sekedar mengajar tidak menggunakan seluruh
teori pembelajaran seperti dalam Microteaching, konsep ADP (Apreatif
Development Praktice), penggunaan multi media, portofolio dan penggunaan
strategi belajar mengajar yang baku, tetapi mengajar hanya asal memenuhi
kewajiban sebagai guru IPS saja.
Problem di atas menuntut guru untuk dapat menyajikan
mata pelajaran IPS dengan kreatif serta dapat mengolah pembelajaran menjadi
lebih menarik, menantang dan menyenangkan sehingga dapat menghilangkan
kebosanan siswa dan menambah minat, perhatian, dan keaktifan siswa yang pada
hakekatnya memang dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Seperti yang kita ketahui rendahnya kualitas pendidikan di tingkat sekolah
dasar lebih dominan disebabkan karena kurang terpantaunya model pembelajaran di
dalam kelas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan
memilih model pembelajaran yang tepat yang pada akhirnya dapat memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk dapat berkembang sesuai dengan
keinginan dan kemampuannya. Selain memilih model pembelajaran yang tepat, guru
juga harus mempertimbangkan berbagai faktor yang berasal dari siswa karena di
dalam proses pembelajaran siswa bertindak sebagai subjek pembelajaran. Di dalam
suatu kelas kita mengenal adanya perbedaan individu. Setiap individu mempunyai
kemampuan potensial (seperti bakat dan intelegensi) yang berbeda antara satu
dengan lainnya. Apa yang dapat dipelajari seorang siswa dengan cepat, belum tentu
dapat dipelajari oleh siswa lain dengan cara yang sama.
Dari perbedaan tersebut menyebabkan adanya kebutuhan
yang berbeda dari masing-masing siswa. Dalam proses pembelajaran pada umumnya
perbedaan individu kurang begitu diperhatikan oleh sebagian besar guru. Semua
siswa dalam satu kelas dianggap memiliki kebutuhan yang sama sehingga guru pun
memperlakukan mereka dengan cara yang sama pula. Sudah seharusnya perbedaan
individu perlu mendapat perhatian yang cukup. Adanya pemberian perhatian
tersebut, bukan berarti pembelajaran hanya memperhatikan pada kepentingan
individu semata melainkan diperlukan adanya alternatif pembelajaran yang
memungkinkan tercapainya kebutuhan individu siswa. Salah satu cara yang efektif
yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis mencoba
melakukan penelitian yang berjudul: “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan
Sosial materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Snowball Throwing Pada Siswa Kelas V MI Nurul Huda Rejosari
Bandongan Magelang”.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dari latar
belakang masalah terdapat beberapa masalah dalam penelitian ini antara lain
dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Hasil
belajar siswa kelas V MI Nurul Huda Rejosari Bandongan Magelang pada mata pelajaran
IPS masih rendah
2. Tingkat
kepercayaan diri siswa untuk bertanya yang masih rendah
3. Rendahnya
aktivitas (keterlibatan) siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
4. Belum
berkembangnya keterampilan proses pada siswa.
5. Pembelajaran
IPS yang didominasi oleh metode ceramah dan model pembelajaran yang digunakan
belum bervariasi.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah secara umum yaitu :
Bagaimana model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat
meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V MI Nurul Huda Rejosari Bandongan
Magelang ?
D. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan,
maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk meningkatkan
hasil belajar siswa kelas V MI Nurul Huda Rejosari Bandongan Magelang mata
pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball
Throwing.
E. MANFAAT PENELITIAN
Hasil dari penelitian ini diharapkan nanti bisa
memberikan kontribusi atau andil dalam upaya untuk meningkatkan pembelajaran
mata pelajaran IPS, khususnya pada kegiatan belajar mengajar (KBM) di Kelas V
MI Nurul Huda Rejosari Bandongan Magelang. Adapun secara detail manfaat yang
diharapkan dari penelitian ini diantaranya :
1. Manfaat
Teoretis
a.
Mendapatkan
pengetahuan dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan pembelajaran IPS
melalui cooperative
learning snowball throwing.
b.
Sebagai
dasar untuk penelitian selanjutnya
2. Manfaat
Praktis
1.) Bagi
guru
a. Melalui
PTK ini guru dapat menjawab permasalahan yang dihadapi di sekolah mengenai
model pembelajaran yang bervariasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
pelajaran IPS.
b. Mendorong
guru untuk menciptakan proses belajar mengajar yang bisa menumbuhkan
ketertarikan siswa dalam belajar.
c. Meningkatkan
kemampuan guru dalam menggunakan dan memanfaatkan segala sumber daya
kreatifitas anak yang ada di lingkungan siswa dalam proses pembelajaran
sehingga keterampilan proses siswa dapat dimaksimalkan.
2.) Bagi
Sekolah
a. Sekolah
mampu mengevaluasi model pembelajaran yang tepat untuk peningkatan pemahaman
belajar siswa.
b. Dapat
digunakan sebagai alternatif dalam menentukan strategi dalam memberikan
pembelajaran kepada pesrta didik melalui model pembelajaran kooperatif tipe Snowball
Throwing.
3). Bagi Peserta didik
a. siswa
dapat merasakan kegiatan pembelajaran yang menyenagkan karena terlibat secara
aktif dan langsung dalam kegiatan pembelajaran
b. siswa
dapat memahami materi pembelajaran dengan mudah
c. siswa
dapat mengembangkan potensi-potensi dalam diri masing-masing.
F.
LANDASAN TEORI
Untuk menghindari salah pengertian atau salah tafsir
tentang makna istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu
dijelaskan makna beberapa definisi operasional sebagai berikut :
1. Pengertian
Hasil belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar
terdiri dari tiga ranah yaitu ranahkognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik. Hasil belajar yang dimaksudkan dalam hal ini adalah pada ranah
kognitif yang berupa nilai. Alat ukur yang digunakan adalah berupa tes.
2. Pengerttian
IPS
Ilmu Pengetahuan
Sosial mengkaji seperangkat peristiwa atau kejadian, fakta, konsep dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata
pelajaran memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi. Dengan mata
pelajaran IPS ini, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara
Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta
damai, (KTSP SD, 2006).
3.
Model
Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran berkelompok dengan membagi jumlah
peserta didik menjadi 2-5 orang dengan gagasan saling memberikan motifasi antar
sesama anggota kelompoknya untuk bisa saling membantu supaya tercapai tujuan
pembelajaran yang sesuai dengan harapan.
Berikut ini
beberapa definisi tentang pembelajaran kooperatif (cooperative lerning) antara
lain :
Depdiknas :
“pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling
bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.
Menurut Agus
Supriyono : “ model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas
meliputi jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru
atau diarahkan oleh guru”.
4.
Model
pembelajaran kooperatif Snowball Throwing
Kata snow
artinya salju, sedangkan ball artinya adalah bola jadi kata snowball artinya
adalah bola salju. Sedangkam throwing mempunyai pengertian yaitu melempar. Jadi
secara keseluruhan pengertian dari snowball throwing dapat di artikan dengan
melempar bola salju. Menurut Saminanto, metode pembeljaran Snowball Throwing
disebut juga pembelajaran gelundungan bola salju. Metode pembelajaran yang
seperti ini melatih siswa untuk dapat lebih tanggap dalam menerima pesan dari
siswa yang lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan
menyampaikan pesan terebut kepada temanya dalam satu kelompok.
Sedangkan
menurut kisworo, model pembelajaran Snowball Throwing adalah suatu metode
pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili oleh ketua
kelompok untuk menerima tugas yang diberikan oleh guru kemudian murid-murid
membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola lalu dilempar kepada murid
dikelompok yang lain kemudian masing-masing murid itu menjawab pertanyaan yang
ada didalam kerta tersebut.
Metode
pembelajaran Snowball Throwing pada hakikatnya metode pembelajaran aktif untuk
mengarahkan perhatian atau atensi peserta didik terhadap materi yang sedang
dipelajarinya.
G. TINJAUAN PUSTAKA
Sebagai tinjauan atau telaah pustaka serta sebagai
bahan perbandingan, maka penulis kemukakan beberapa hasil penelitian yang
relevan dengan judul yang penulis ingin teliti, antara lain :
1. Laporan penelitian yang dilakukan oleh Drs. Murtono, M.Pd, Yuni Ratnasari, S.Si, M.Pd dan
Ika Oktavianti, S.Pd, M.Pd yang
berjudul :” penerapan
model Pembelajaran Kooperatif tipe snowball throwing Untuk meningkatkan hasil
belajar sains siswa”.
Penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas atau PTK yang memfokuskan pada metode
Cooperative Learning dengan menggunakan strategi Snowball Throwing pada mata
pelajaran sains atau IPA.
Pada
penelitian ini penulis mendapatkan hasil bahwa dengan metode Snowball Throwing
dapat meningkatkan hasil belajar sains.
2. Skripsi yang ditulis oleh Vivi Ria Lancarwati yang berjudul : “peningkatan
motivasi belajar ips siswa kelas VIII Dengan menggunakan metode snowball throwing di SMPN 4 Satuatap Bawang Banjarnegara”
Dari hasil
penelitian yang di lakukan oleh penulis dapat ditemukan hasil bahwa dengan
metode snowball throwing dapat meningkatkan motivasi dan semangat belajar siswa
di SMPN 4 Satu atap Bawang Banjar Negara.
H. KERANGKA BERFIKIR
I. HIPOTESIS
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di
atas maka dirumuskan hipotesis penelitian “Melalui penerapan Cooperative
Learning Snowball Throwing diharapkan siswa dalam mempelajari materi mata
pelajaran IPS pada siswa kelas V MI Nurul Huda Rejosari Bandongan, dapat
meningkat”
J. METODE PENELITIAN
1. Setting
Penelitian
a. Waktu
Dengan
beberapa pertimbangan dan alasan peneliti akan melakukan penelitian pada bulan
Agustus 2014.
Jadwal
Penelitian
No
|
Kegiatan
|
Minggu
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||
1
|
Persiapan
|
√
|
|||||
2
|
Pelaksanaan
|
||||||
a. Pre tes
|
√
|
||||||
b. Siklus I
|
√
|
√
|
|||||
c. Siklus II
|
√
|
√
|
|||||
3
|
Penyelesaian
|
||||||
a. Analisis data
|
√
|
||||||
b. Penulisan draft laporan
|
√
|
||||||
c. Seminar dan revisi
|
√
|
||||||
d. Penggandaan dan pengiriman laporan
|
√
|
b. Lokasi
Dalam penilitian ini peneliti mengambil lokasi di
Kelas V MI Nurul Huda Rejosari Bandongan Kabupaten Magelang. Peneliti mengambil
lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan sebagai guru sekolah tersebut,
sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subjek
penelitian yang sangat sesuai dengan profesi peneliti
2. Subyek
Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Siswa Kelas V MI Nurul
Huda Rejosari Bandongan Kabupaten Magelang yang berjumlah 42 anak.
3.
Teknik Pengumpulan
data
Suharsimi Arikunto
(1998:134) mengemukakan bahwa metode pengumpulan data adalah cara–cara yang
dapat digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis,
sehingga lebih mudah diolah.
Data penelitian ini
bersumber dari interaksi peneliti dan siswa, dalam pembelajaran. Peningkatan
prestasi belajar berupa data tindak belajar atau perilaku belajar yang
dihasilkan dari tindak mengajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Data dalam penelitian ini dikumpulkan oleh peneliti melalui
observasi, tes, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan.
a.
Observasi
(Pengamatan)
Ridwan (2007:76) menjelaskan
bahwa observasi yaitu pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk
melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Karena sifatnya mengamati, maka
alat yang paling pokok adalah panca indera, terutama indera penglihatan.
Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan data melalui pengamatan terhadap subjek, yaitu mengamati terutama
minat dan perubahan yang dialami siswa sebelum dan sesudah pembelajaran.
Pengamat dalam penelitian ini dilakukan oleh teman sejawat.
b.
Tes
Tes merupakan pengumpul
informasi. Dalam penelitian ini tes digunakan sebagai alat untuk memperoleh
data dengan menguji keterampilan siswa sebelum dan sesudah diberi tindakan
pembelajaran. Melalui tes tersebut diharapkan dapat mengetahui sejauh mana perbandingan
siswa mengalami perubahan tingkah laku serta prestasi sebelum diberi tindakan
dan sesudah diberi tindakan pembelajaran.
c.
Wawancara
Wawancara dilakukan kepada
siswa dan guru serta informan lain untuk menggali data tentang proses
pembelajaran IPS dan Cooperative Learning Snowball Throwing yang
digunakan dalam pembelajaran, khususnya untuk membedakan fakta dan opini. Wawancara
yang dilakukan terhadap siswa adalah wawancara yang terukur dan sistematis
artinya wawancara dilakukan pada siswa yang dipilih tentang aktivitas,
tanggapan dan sikap siswa terhadap mata pelajaran dengan menggunakan strategi
Snowball Throwing.
d.
Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian
ini terdiri dari proses dan hasil observasi/pengamatan, hasil penilaian tes,
hasil foto/catatan lapangan yang diisi oleh guru atau teman sejawat tentang
kelebihan/ kelemahan/hambatan dan rencana pembelajaran beserta instrumennya
yang disusun oleh peneliti dalam menggunakan strategi Snowball Throwing.
e.
Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan catatan
tentang hal-hal yang terjadi yang dialami, dirasakan, dilihat, didengar dan
difikirkan pada saat pembelajaran berlangsung, di antaranya: kelebihan dan
kelemahan siswa dan guru, serta hasil belajar siswa.
f. Instrumen
Penelitian
Suharsimi Arikunto dalam buku Manajemen Penelitian
(2005:101) mengartikan instrumen penelitian sebagai alat bantu merupakan saran
yang dapat diwujudkan dalam benda misalnya angket, daftar cek, pedoman
wawancara, lembaran pengamatan.
Dalam penelitian ini metode yang dipakai
adalah metode observasi, metode catatan lapangan, dan metode tes, maka
instrument yang dipakai adalah pedoman observasi, lembar pengamatan, dan lembar
soal tes. Pedoman observasi yang digunakan peneliti yaitu memuat garis besar
sejauh mana minat dan sikap positif serta partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran. Lembar pengamatan digunakan untuk memperoleh data sebelum
tindakan, baik dari guru maupun pengamatan langsung di lapangan. Sedangkan
lembar soal tes digunakan untuk menguji kemampuan belajar siswa.
g. Validitas
data
Untuk menjaga
kevalidan dan keabsahan data, didalam penelitian ini peneliti berperan sebagai
pengamat dan guru berperan sebagai pemateri atau melakukan kolaborasi.
Pengujian Validitas data dalam peneliian ini dilakukan dengan
cara triangulasi. Triangulasi adalah teknik penelitian pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 1988: 178). Teknik triangulasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Triangulasi data (sumber)
b.
Triangulasi metode pengumpulan data.
h. Analisis
data
Dalam penelitian ini, analisis data dimulai sejak awal sampai
akhir pengumpulan data. Data yang diperoleh dari perhitungan persentasi dari
hasil penilaian observasi pada saat tindakan dilakukan. Hasil observasi
tersebut kemudian dianalisis terhadap indikator penggunaan peningkatan
kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Data dalam penelitian ini diperoleh mulai observasi langsung
pada objek penelitian untuk mengungkapkan sejauh mana peningkatan kemampuan
siswa dalam perbaikan pembelajaran. Observasi langsung dilaksanakan pada
kondisi awal pembelajaran. Tujuan analisis dalam Penelitian Tindakan Kelas
untuk memperoleh data kepastian apakah terjadi perbaikan dan peningkatan
sebagaimana diharapkan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis diskriptif teknik persentasi.
Analisis yang digunakan adalah teknik deskriptif
kualitatif dan kuantitatif. Perhitungan dalam proses analisis data menghasilkan
persentase pencapaian yang selanjutnya.
K.
PROSEDUR
PENELITIAN
Indikator yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar IPA siswa kelas V MI Nurul Huda
Rejosari Bandongan Kabupaten Magelang dengan menerapkan metode Snowball
Throwing. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan disain
penelitian tindakan kelas (Class action research) yang dirancang melalui
tiga siklus dengan prosedur: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan
tindakan (action), (3) pengamatan (observation), (4) refleksi (reflecsion)
dalam tiap-tiap siklus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar