MAKALAH
PERKEMBANGAN
SPIRITUAL ANAK USIA SD/MI
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah Pengembangan
Analisis Karakteristik Peserta didik dan Klinik
Pembelajaran
Dosen Pengampu : Drs. Ikhsan, M.Pd
Disusun oleh:
|
|
|
1.
IKHWAN
SULISTIONO
2.
KUSNADI
ARIBOWO
3.
ABDUL MUFID
4.
IMAMUDDIN
|
|
|
|
|
|
PENDIDIKAN
PROFESI GURU ( PPG ) PGMI A
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKRTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Berbicara tentang Manusia dalam perspektif sosial merupakan individu,
keluarga atau masyarakat yang memiliki masalah spiritual dan membutuhkan
bantuan untuk dapat memelihara, mempertahankan dan meningkatkan spiritualnya
dalam kondisi optimal. Sebagai seorang manusia, manusia memiliki beberapa peran
dan fungsi seperti sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan.
Berdasarkan hakikat tersebut, maka perkembangan memandang manusia sebagai
mahluk yang holistik yang terdiri atas aspek fisiologis, psikologis,
sosiologis, kultural dan spiritual. Tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada
salah satu diantara dimensi di atas akan menyebabkan ketidaksejahteraan atau
keadaan tidak sehat. Kondisi tersebut dapat dipahami mengingat dimensi fisik,
psikologis, sosial, spiritual, dan kultural merupakan satu kesatuan yang saling
berhubungan.
Tiap bagian dari individu tersebut tidaklah akan mencapai kesejahteraan tanpa keseluruhan bagian tersebut sejahtera. Kesadaran akan pemahaman tersebut melahirkan keyakinan dalam psikologi perkembangan anak bahwa pemberian asuhan spiritual hendaknya bersifat komprehensif atau holistik, yang tidak saja memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan kultural tetapi juga kebutuhan spiritual manusia. Sehingga, pada nantinya manusia akan dapat merasakan kesejahteraan yang tidak hanya terfokus pada fisik maupun psikologis saja, tetapi juga kesejateraan dalam aspek spiritual. Kesejahteraan spiritual adalah suatu faktor yang terintegrasi dalam diri seorang individu secara keseluruhan, yang ditandai oleh makna dan harapan. Spiritualitas memiliki dimensi yang luas dalam kehidupan seseorang sehingga dibutuhkan pemahaman yang baik dari psikologi sehingga mereka dapat mengaplikasikannya dalam pemberian asuhan psikologi kepada manusia.
Tiap bagian dari individu tersebut tidaklah akan mencapai kesejahteraan tanpa keseluruhan bagian tersebut sejahtera. Kesadaran akan pemahaman tersebut melahirkan keyakinan dalam psikologi perkembangan anak bahwa pemberian asuhan spiritual hendaknya bersifat komprehensif atau holistik, yang tidak saja memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan kultural tetapi juga kebutuhan spiritual manusia. Sehingga, pada nantinya manusia akan dapat merasakan kesejahteraan yang tidak hanya terfokus pada fisik maupun psikologis saja, tetapi juga kesejateraan dalam aspek spiritual. Kesejahteraan spiritual adalah suatu faktor yang terintegrasi dalam diri seorang individu secara keseluruhan, yang ditandai oleh makna dan harapan. Spiritualitas memiliki dimensi yang luas dalam kehidupan seseorang sehingga dibutuhkan pemahaman yang baik dari psikologi sehingga mereka dapat mengaplikasikannya dalam pemberian asuhan psikologi kepada manusia.
B.
Tujuan
1.
Untuk memenuhi kebutuhan Mata Kuliah Pengembangan
dan Analisis Psikologi Peserta didik
2.
Untuk mengetahui pengertian spiritual
3.
Mengetahui konsep spiritual pada anak usia SD/MI
C.
Rumusan Masalah
Identifikasi
permasalahan berdasarkan materi yang dipelajari yaitu Konsep Spiritual terdiri
dari:
1. Bagaimana membuat pola normal spiritual ?
1. Bagaimana membuat pola normal spiritual ?
2. Bagaimana
menganalisa berbagai hal dan kondisi yang mampu mempengaruhi spiritual?
3. Bagaimana
menganalisa perubahan fungsi spiritual berdasarkan karakteristik spiritual?
BAB
II
PEMBAHASAN
Didalam diri dari setiap manusia pasti terdiri dari beberap dimensi
antara lain dimensi fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual, dimana
setiap dimensi harus dipenuhi kebutuhannya. Akan tetapi seringkali permasalahan
yang mucul pada manusia ketika mengalami suatu kondisi dengan penyakit atau
masalah tertentu akan mengakibatkan terjadinya masalah psikososial dan
spiritual. Ketika manusia mengalami penyakit, kehilangan dan stres, kekuatan
spiritual dapat membantu individu tersebut menuju penyembuhan dan terpenuhinya
tujuan dengan atau melalui pemenuhan kebutuhan spiritual. Penelitan menyebutkan
seseorang dinyatakan usianya tinggal beberapa bulan, tetapi karena ia memiliki kepercayaan
yang baik berdasarkan pengalaman agamanya, ia tetap bahagia menjalani
hari-harinya dengan bernyanyi dan ceria, membuat puisi-puisi yang indah.
Ternyata orang tersebut mampu bertahan hingga bartahun-tahun.
Contoh ayat Al
quran tata krama pergaulan dalam spiritual islam
* 4Ó|Ós%ur y7/u wr& (#ÿrßç7÷ès? HwÎ) çn$Î) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $·Z»|¡ômÎ) 4 $¨BÎ) £`tóè=ö7t x8yYÏã uy9Å6ø9$# !$yJèdßtnr& ÷rr& $yJèdxÏ. xsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& wur $yJèdöpk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJÌ2 ÇËÌÈ
“Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia.” (Al Israa':23)
Oleh Karena manusia
memiliki tubuh yang harus dipenuhi kebutuhan fisiknya dan hal inilah maka
manusia sering kali melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan perintah
Tuhannya, yang membuat dirinya berada pada tahap perkembangan spiritual yang
paling bawah. Namun sebaliknya ketika kebutuhan spiritual yang terpenuhi pada
nantinya manusia akan dapat merasakan kesejahteraan yang tidak hanya terfokus
pada fisik maupun psikologis saja, tetapi juga kesejateraan dalam aspek emosi,
intelektual, dan sosial-nya.
Spiritual itu sendiri
merupakan komitmen tertinggi individu, prinsip yang paling komprehensif tentang
argumen yang sangat kuat terhadap pilihan yang dibuat dalam hidup. Sedangkan
keyakinan spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang maha kuasa
& maha pencipta. Sebagai contoh seseorang yang percaya pada Allah sebagai
pencipta atau sebagai maha kuasa. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa spiritual merupakan suatu keyakinan didalam diri yang berasal dari
nilai-nilai ketuhanan dan nilai luhur dari yang diyakini dan dijadikan sebagai
sumber kekuatan untuk menghadapi masalah dan ketenangan hidup.
Dari hal-hal tersebut diatas dapat dikatakan dimensi spiritual menjadi
hal penting sebagai aspek perkembangan manusia. Berikut akan diuraikan mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan konsep kesehatan spiritual.
A.
Konsep spiritual
1. Pengertian spiritual
Spiritual secara epistimologi berasal dari bahasa latin yaitu “spiritus”
yang berarti nafas atau udara, spirit memberikan hidup, menjiwai seseorang.
Spirit memberikan arti penting ke hal apa saja yang sekiranya menjadi pusat
dari seluruh aspek kehidupan seseorang. Spiritual adalah suatu yang dipengaruhi
oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup kepercayaan dan nilai kehidupan.
Spiritualitas mampu menghadirkan cinta, kepercayaan, dan harapan, melihat arti
dari kehidupan dan memelihara hubungan dengan sesama.
Spiritual adalah konsep yang unik pada masing-masing individu.
Masing-masing individu memiliki definisi yang berbeda mengenai spiritual, hal
ini dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup dan ide-ide mereka
sendiri tentang hidup. Menurut Emblen, 1992 spiritual sangat sulit untuk
didefinisikan. Kata-kata yang digunakan untuk menjabarkan spiritual termasuk
makna, transenden, harapan, cinta, kualitas, hubungan dan eksistensi. Spiritual
menghubungkan antara intrapersonal (hubungan dengan diri sendiri),
interpersonal (hubungan antara diri sendiri dan orang lain), dan transpersonal
(hubungan antara diri sendiri dengan tuhan/kekuatan gaib). Spiritual adalah
suatu kepercayaan dalam hubungan antar manusia dengan beberapa kekuatan
diatasnya, kreatif, kemuliaan atau sumber energi serta spiritual juga merupakan
pencarian arti dalam kehidupan dan pengembangan dari nilai-nilai dan sistem
kepercayaan seseorang yang mana akan terjadi konflik bila pemahamannya
dibatasi.
2. Karakteristik
spiritual
Karakteristik
spiritual yang utama meliputi perasaan dari keseluruhan dan keselarasan dalam
diri seorang, dengan orang lain, dan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi
sebagai satu penetapan. Orang-orang, menurut tingkat perkembangan mereka,
pengalaman, memperhitungkan keamanan individu, tanda-tanda kekuatan, dan
perasaan dari harapan. Hal itu tidak berarti bahwa individu adalah puas secara
total dengan hidup atau jawaban yang mereka miliki. Seperti setiap hidup
individu berkembang secara normal, timbul situasi yang menyebabkan kecemasan,
tidak berdaya, atau kepusingan.
Karakteristik
kebutuhan spiritual meliputi:
a)
Kepercayaan
b)
Pemaafan
c)
Cinta dan hubungan
d)
Keyakinan, kreativitas dan harapan
e)
Maksud dan tujuan serta anugrah dan harapan
Karakteristik dari kebutuhan spiritual ini menjadi
dasar dalam menentukan karakteristik dari perubahan fungsi spiritual yang akan mengrahkan
individu dalam berperilaku, baik itu kearah perilaku yang adaptif maupun
perilaku yang maladaptif.
B.
Perkembangan Aspek Spiritual
Pemenuhan aspek
spiritual pada klien tidak terlepas dari pandangan terhadap lima dimensi
manusia yang harus dintegrasikan dalam kehidupan. Lima dimensi tersebut yaitu
dimensi fisik, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Dimensi-dimensi
tersebut berada dalam suatu sistem yang saling berinteraksi, interrelasi, dan
interdepensi, sehingga adanya gangguan pada suatu dimensi dapat mengganggu
dimensi lainnya. Tahap perkembangan manusia dimulai dari lahir sampai manusia
itu meninggal dunia. Perkembangan spiritual manusia dapat dilihat dari tahap
perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, pra sekolah, usia sekolah, remaja, desawa
muda, dewasa pertengahan, dewasa akhir, dan lanjut usia. Secara umum tanpa
memandang aspek tumbuh-kembang manusia proses perkembangan aspek spiritual
dilhat dari kemampuan kognitifnya dimulai dari pengenalan, internalisasi,
peniruan, aplikasi dan dilanjutkan dengan instropeksi.
Namun, berikut akan
dibahas pula perkembangan aspek spiritual berdasarkan tumbuh-kembang manusia.
Perkembangan spiritual pada anak sangatlah penting untuk diperhatikan.
1.
Usia antara 0-18 bulan,
Bayi yang sedang
dalam proses tumbuh kembang, yang mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik,
psikologis, sosial, dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa. Anak
adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungan, artinya
membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya dan untuk belajar mandiri. Tahap awal perkembangan manusia dimulai
dari masa perkembangan bayi. Haber (1987) menjelaskan bahwa perkembangan
spiritual bayi merupakan dasar untuk perkembangan spiritual selanjutnya. Bayi
memang belum memiliki moral untuk mengenal arti spiritual. Keluarga yang
spiritualnya baik merupakan sumber dari terbentuknya perkembangan spiritual
yang baik pada bayi.
2.
Dimensi spiritual mulai menunjukkan perkembangan
pada masa kanak-kanak awal (18 bulan-3 tahun).
Anak sudah
mengalami peningkatan kemampuan kognitif. Anak dapat belajar membandingkan hal
yang baik dan buruk untuk melanjuti peran kemandirian yang lebih besar. Tahap
perkembangan ini memperlihatkan bahwa anak-anak mulai berlatih untuk berpendapat
dan menghormati acara-acara ritual dimana mereka merasa tinggal dengan aman.
Observasi kehidupan spiritual anak dapat dimulai dari kebiasaan yang sederhana
seperti cara berdoa sebelum tidur dan berdoa sebelum makan, atau cara anak
memberi salam dalam kehidupan sehari-hari. Anak akan lebih merasa senang jika
menerima pengalaman-pengalaman baru, termasuk pengalaman spiritual.
3.
Perkembangan spiritual pada anak masa pra
sekolah (3-6 tahun) berhubungan erat dengan kondisi psikologis dominannya yaitu
super ego.
Anak usia pra
sekolah mulai memahami kebutuhan sosial, norma, dan harapan, serta berusaha
menyesuaikan dengan norma keluarga. Anak tidak hanya membandingkan sesuatu
benar atau salah, tetapi membandingkan norma yang dimiliki keluarganya dengan
norma keluarga lain. Kebutuhan anak pada masa pra sekolah adalah mengetahui
filosofi yang mendasar tentang isu-isu spiritual. Kebutuhan spiritual ini harus
diperhatikan karena anak sudah mulai berfikiran konkrit. Mereka kadang sulit
menerima penjelasan mengenai Tuhan yang abstrak, bahkan mereka masih kesulitan
membedakan Tuhan dan orang tuanya.
4.
Usia sekolah merupakan masa yang paling banyak
mengalami peningkatan kualitas kognitif pada anak (6-12 tahun).
Anak usia sekolah
(6-12 tahun) berfikir secara konkrit, tetapi mereka sudah dapat menggunakan
konsep abstrak untuk memahami gambaran dan makna spriritual dan agama mereka.
Minat anak sudah mulai ditunjukan dalam sebuah ide, dan anak dapat diajak
berdiskusi dan menjelaskan apakah keyakinan. Orang tua dapat mengevaluasi
pemikiran sang anak terhadap dimensi spiritual mereka.
C.
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Spiritual
Spiritual adalah
komponen penting dari seorang individu yang dimiliki dan sebuah aspek integral
dari filosofi holistik. Perkambangan spiritual pasti mengalami keadaan yang
tidak selalu baik seperti halnya fisik. Secara langsung maupun tidak langsung
ada beberapa hal yang mempengaruhi perkembangan spiritual. Spiritualitas tidak
selalu berkaitan dengan agama, tetapi spiritualitas adalah bagaimana seseorang
memahami keberadaannya dan hubungannya dengan alam semesta. Orang-orang
mengartikan spiritualitas dengan berbagai cara dan tujuan tersendiri. Setiap
agama menyatakan bahwa manusia ada dibawah kuasa Tuhan. Namun, dari semua itu
setiap manusia berusaha untuk mengkontrol spiritualitasnya. Inilah yang disebut
dengan menjaga kesehatan spiritual.
Hal terpenting yang
mempengaruhi perkembangan spiritual dan sebaiknya kita jaga adalah nutrisi
spiritual. Hal ini termasuk mendengarkan hal-hal positif dan pesan-pesan penuh
kasih serta memenuhi kewajiban keagaman yang dianut. Selain itu juga dengan
mengamati keindahan dan keajaiban dunia ini dapat memberikan nutrisi spiritual.
Menilai keindahan alam dapat menjadi makanan bagi jiwa kita. Bahkan serangga
yang terlihat buruk pun adalah sebuah keajaiban untuk diamati dan dinilai.
Kedamaian dengan
meditasi adalah bentuk lain untuk mendapatkan nutrisi spiritual. Hal itu
bukanlah meminta Tuhan kita apa yang kita inginkan tetapi mencari keheningan
untuk merekleksikan dan berterima kasih atas apa pun yang telah kita terima.
Hal lain yang mempengaruhi perkembangan spiritual kita adalah latihan. Tidak
hanya latihan dasar untuk kesehatan tubuh, tetapi juga latihan spiritual untuk
menjaga spiritual. Latihan ini terdiri dari penggunaan jiwa kita. Sehingga
latihan tersebut memberi sentuhan pada jiwa kita dan digunakan untuk menuntun
kita untuk bertingkah-laku dengan baik, untuk menunjukan cinta kasih dan
perasaan pada oring lain untuk memahami dan untuk mencari kedamaian. Faktor
lain yang mempengaruhi kesehatan spiritual adalah lingkungan. Hal ini
dikarenakan lingkungan dimana kita hidup adalah sumber utama kejahatan ynag
dapat mempengaruhi jiwa kita. Kita harus waspada untuk menghindari keburukan
yang berasal dari lingkungan kita dan mencari hal positif yang dapat diambil.
Tantangan yang
dapat mengancam perkembangan spiritual kita dapat berasal dari luar maupun dari
dalam dari kita. Ancaman dari luar dikarenakan setiap orang memiliki bentuk
penularan spiritual yang menyebarkan penyakit spiritual kepada orang lain
disekitar mereka. Beberapa orang merusak moral dan mencoba untuk menarik orang
lain untuk mengikuti kepercayaannya. Beberapa agama memberikan bekal keimanan
yang cukup untuk menolak kepercayaan lain. Banyak orang-orang yang melakukan
hal-hal yang buruk dan jahat. Kemudian mempengaruhi orang lain untuk mengikuti
hal-hal buruk yang dilakukan. Keinginan untuk melakukan hal-hal buruk tersebut
timbul dari keinginan diri sendiri. Jadi, Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan spiritual adalah nutrisi, latihan dan lingkungan tempat tinggal.
Selain itu, terdapat ancaman dari luar maupun dari dalam diri kita. Sehingga
kita harus pandai-pandai untuk menjaga kesehatan spiritual kita.
D.
Perubahan Fungsi Spiritual
Perilaku individu
sangat dipengaruhi oleh spiritualisme dalam kehidupaannya. Kebutuhan spiritual
merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Spiritual adalah
suatu yang dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup kepercayaan
dan nilai kehidupan. Spiritualitas mampu menghadirkan cinta, kepercayaan,
harapan, dan melihat arti dari kehidupan dan memelihara hubungan dengan sesama.
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan
keyakinan, memenuhi kewajiban agama, dan kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau
pengampunan. Masalah spiritual ketika penyakit, kehilangan, dan nyeri menyerang
seseorang.
Kekuatan spiritual
dapat membantu seseorang ke arah perkembangan kebutuhan dan perhatian
spiritual. Individu mungkin mempertanyakan nilai spiritual mereka, mengajukan
pertanyaan tentang jalan hidup seluruhnya, tujuan hidup, dan sumber dari makna hidup.
Perubahan perilaku mungkin menjadi perwujudan dari disfungsi spiritual. Manusia
yang gelisah tentang hasil tes diagnosa atau yang menunjukan kemarahan setelah
mendengar hasil mungkin menjadi menderita distresss spiritual. Orang menjadi
lebih merenung, berupaya untuk memperhitungkan situasi dan mencari fakta bacaan
yang berlaku. Beberapa reaksi emosional, mencari informasi, dan dukungan dari
teman dan keluarga. Pengenalan dari masalah, kemungkinan yang timbul tidak bisa
tidur atau kekurangan konsentrasi. Kesalahan, ketakutan, keputusasaan,
kekhawatiran, dan kecemasan juga mungkin menjadi indikasi perubahan fungsi
spiritual.
Pembahasan diatas menggambarkan kebutuhan spiritual
merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Individu selama
sakit sering menjadi kurang mampu untuk merawat diri mereka dan lebih
bergantung pada orang lain untuk perawatan dan dukungan. Perubahan fungsi
spiritualitas sering terjadi dalam kehidupan. Oleh karena itu, perubahan fungsi
spiritualitas manusia perlu dipahami secara benar.
E. Perkembangan Spiritual Anak
Perkembangan keagamaan anak dapat dipupuk oleh pendidikan anak dirumah.
Penekanan yang diberikan pada kepatuhan terhadap peraturan agama dalam
kehidupan sehari-hari. Anak yang dibesarkan dengan kebiasaan berdoa sebelum
makan, sebelum tidur, dan orang tua menceritakan cerita-cerita tentang
keagamaan, cenderung perkembangan keagamaannya lebih baik dibandingkan anak
yang tidak dibesarkan dengan kebiasaan beragama.
Pada masa ini ‘iman’ anak banyak diperoleh dari apa yang diceritakan
orang dewasa. Dari cerita-cerita itu mereka membentuk gambaran Tuhan yang
perkasa, surga yang imajinatif, dan neraka yang mengerikan. Gambaran ini
umumnya bersifat irasional, karena pada masa ini anak belum memahami
sebab-akibat dan belum dapat memisahkan kenyataan dan fantasi. Mereka juga
masih kesulitan membedakan sudut pandang Tuhan dengan sudut pandang mereka atau
orangtuanya.
Anak mulai menaruh perhatian pada kegiatan keagaamaan yang dilakukan
orang tuanya. Dalam hal ini perhatian yang anak tunjukan ialah untuk menirukan
kegiatan keagamaan yang dilakukan orang tuanya (observational learning), tetapi
belum mampu mengartikan apa yang ia lakukan. Misalnya, anak akan menggoyangkan
badan seperti orang yang berdzikir, apabila dilantunkan
bacaan dzikir. Menirukan orang yang berdoa, mengangkat kedua
tangannya seraya berdoa tetapi belum mengartikannya. Pada masa ini pula rasa
ingin tahu seorang anak berada pada posisi yang teratas . Rasa ingin tahu
tentang keagamaanpun mulai muncul. Pada anak yang diberikan pembelajaran
keagamaan dikeluarganya, seorang anak akan menanyakan hal-hal yang menyangkut
keagamaan seperti : ”Siapakah Tuhan?”, “Di mana Surga itu?”, “Apakah Malaikat
itu?” Belajar memahami proses keagamaan. Apabila suara adzan telah berkumandang,
anak yang dibimbing keagamaannya akan mengambil posisi seperti orang yang
melakukan Sholat dan menirukan gerakan shalat. Bagi anak
yang sudah diajarkan berdoa, anak akan belajar menerapkan kegiatan berdoa
dengan bimbingan orang tuanya tetapi tidak memahami untuk apa ia berdoa.
F.
Perkembangan Spiritual pada Anak Masa Sekolah
Sejak masa kanak-kanak, anak telah dibiasakan hidup dalam suasana
ketuhanan, tetapi mereka sendiri belum mampu menentukan sikapnya terhadap
nilai-nilai keagamaan. Dalam masa sekolah, perasaan keagamaan masih dalam
perkembangan yang agak lamban karena anak cenderung focus pada realitas
sosialnya. Misalnya, anak yang mengikuti sekolah minggu anak tidak
memperhatikan kegiatan keagamaannya melainkan lebih memperhatikan kesenangan
bernyanyi bersama, berkumpul dengan teman, serta permainan-permainan yang
diberikan.
Dalam sisi lain, peningkatan minat pada keagamaan sudah terjadi, tetapi
masih belum bisa menentukan sikapnya terhadap nilai keagamaan. Contohnya, anak
mulai melakukan kegiatan keagamaan seperti Sholat dan berdoa.
Tetapi dalam hal ini tidak terlalu memahami makna sholat dan berdoa.
Anak mengartikan berdoa itu seperti “ritual meminta-minta”. Sebagai contoh,
anak meminta berbagai barang dan mohon bantuan Tuhan dalam melakukan sesuatu
yang menurut perasaan mereka tidak dapat mereka lakukan sendiri. Di sisi lain,
mereka sudah dapat memahami bahwa Tuhan mempunyai sudut pandang lain dengan
turut mempertimbangkan usaha dan niat seseorang sebelum ‘menghakiminya’. Mereka
percaya bahwa Tuhan itu adil dalam memberi ganjaran yang sepantasnya bagi
manusia.
Pada masa ini anak belum mampu menentukan jalan ketuhanan yang harus ia
jalani, cenderung hanya meniru dan meyesuaikan diri dengan pandangan orang
tuanya. Maksudnya, anak belum mengetahui kewajiban-kewajibannya sebagai pemeluk
agama karena pada masa ini anak belum mampu berfikir abstrak.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Spiritual berkaitan erat dengan dimensi lain dan dapat
dicapai jika terjadi keseimbangan dengan dimensi lain ( fisiologis, psikologis,
sosiologis, kultural). Spiritual sangat berpengaruh terhadap koping yang
dimiliki individu. Semakin tinggi tingkat spiritual individu, maka koping yang
dimiliki oleh individu tersebut juga akan semakin meningkat. Sehingga mampu
meningkatkan respon adaptif terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada diri
individu tersebut. Peran pendidik adalah bagaimana mampu mendorong manusia
untuk meningkatkan spiritualitasnya dalam berbagai kondisi, Sehingga manusia
mampu menghadapi, menerima dan mempersiapkan diri terhadap berbagai perubahan
yang terjadi pada diri individu tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2009. Psikologi
Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosda
Sarkawi. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: Sinar Grafika Offset
Susi Purwati, dalam http://susipurwati.blogspot.com/2010/01/konsep-kesehatan-spiritual.html
Sarkawi. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: Sinar Grafika Offset
Susi Purwati, dalam http://susipurwati.blogspot.com/2010/01/konsep-kesehatan-spiritual.html
Uno, Hamzah. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar