Rabu, 05 Maret 2014

PERKEMBANGAN SPIRITUAL ANAK USIA SD/MI

MAKALAH

PERKEMBANGAN SPIRITUAL ANAK USIA SD/MI
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan
Analisis Karakteristik Peserta didik dan Klinik Pembelajaran


Dosen Pengampu : Drs. Ikhsan, M.Pd








Disusun oleh:

1.   IKHWAN SULISTIONO
2.   KUSNADI ARIBOWO
3.   ABDUL MUFID
4.   IMAMUDDIN






PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) PGMI A
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN  SUNAN KALIJAGA
YOGYAKRTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Berbicara tentang Manusia dalam perspektif sosial merupakan individu, keluarga atau masyarakat yang memiliki masalah spiritual dan membutuhkan bantuan untuk dapat memelihara, mempertahankan dan meningkatkan spiritualnya dalam kondisi optimal. Sebagai seorang manusia, manusia memiliki beberapa peran dan fungsi seperti sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan. Berdasarkan hakikat tersebut, maka perkembangan memandang manusia sebagai mahluk yang holistik yang terdiri atas aspek fisiologis, psikologis, sosiologis, kultural dan spiritual. Tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada salah satu diantara dimensi di atas akan menyebabkan ketidaksejahteraan atau keadaan tidak sehat. Kondisi tersebut dapat dipahami mengingat dimensi fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan.
Tiap bagian dari individu tersebut tidaklah akan mencapai kesejahteraan tanpa keseluruhan bagian tersebut sejahtera. Kesadaran akan pemahaman tersebut melahirkan keyakinan dalam psikologi perkembangan anak bahwa pemberian asuhan spiritual hendaknya bersifat komprehensif atau holistik, yang tidak saja memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan kultural tetapi juga kebutuhan spiritual manusia. Sehingga, pada nantinya manusia akan dapat merasakan kesejahteraan yang tidak hanya terfokus pada fisik maupun psikologis saja, tetapi juga kesejateraan dalam aspek spiritual. Kesejahteraan spiritual adalah suatu faktor yang terintegrasi dalam diri seorang individu secara keseluruhan, yang ditandai oleh makna dan harapan. Spiritualitas memiliki dimensi yang luas dalam kehidupan seseorang sehingga dibutuhkan pemahaman yang baik dari psikologi sehingga mereka dapat mengaplikasikannya dalam pemberian asuhan psikologi kepada manusia.
B.      Tujuan
1.       Untuk memenuhi kebutuhan Mata Kuliah Pengembangan dan Analisis Psikologi Peserta didik
2.       Untuk mengetahui pengertian spiritual
3.       Mengetahui konsep spiritual pada anak usia SD/MI
C.      Rumusan Masalah
Identifikasi permasalahan berdasarkan materi yang dipelajari yaitu Konsep Spiritual terdiri dari:
1. Bagaimana membuat pola normal spiritual ?
2. Bagaimana menganalisa berbagai hal dan kondisi yang mampu mempengaruhi spiritual?
3. Bagaimana menganalisa perubahan fungsi spiritual berdasarkan karakteristik spiritual?
BAB II
PEMBAHASAN
Didalam diri dari setiap manusia pasti terdiri dari beberap dimensi antara lain dimensi fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual, dimana setiap dimensi harus dipenuhi kebutuhannya. Akan tetapi seringkali permasalahan yang mucul pada manusia ketika mengalami suatu kondisi dengan penyakit atau masalah tertentu akan mengakibatkan terjadinya masalah psikososial dan spiritual. Ketika manusia mengalami penyakit, kehilangan dan stres, kekuatan spiritual dapat membantu individu tersebut menuju penyembuhan dan terpenuhinya tujuan dengan atau melalui pemenuhan kebutuhan spiritual. Penelitan menyebutkan seseorang dinyatakan usianya tinggal beberapa bulan, tetapi karena ia memiliki kepercayaan yang baik berdasarkan pengalaman agamanya, ia tetap bahagia menjalani hari-harinya dengan bernyanyi dan ceria, membuat puisi-puisi yang indah. Ternyata orang tersebut mampu bertahan hingga bartahun-tahun.
Contoh ayat Al quran tata krama pergaulan dalam spiritual islam
* 4Ó|Ós%ur y7/u žwr& (#ÿrßç7÷ès? HwÎ) çn$­ƒÎ) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $·Z»|¡ômÎ) 4 $¨BÎ) £`tóè=ö7tƒ x8yYÏã uŽy9Å6ø9$# !$yJèdßtnr& ÷rr& $yJèdŸxÏ. Ÿxsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& Ÿwur $yJèdöpk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJƒÌŸ2 ÇËÌÈ  
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Al Israa':23)
Oleh Karena manusia memiliki tubuh yang harus dipenuhi kebutuhan fisiknya dan hal inilah maka manusia sering kali melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan perintah Tuhannya, yang membuat dirinya berada pada tahap perkembangan spiritual yang paling bawah. Namun sebaliknya ketika kebutuhan spiritual yang terpenuhi pada nantinya manusia akan dapat merasakan kesejahteraan yang tidak hanya terfokus pada fisik maupun psikologis saja, tetapi juga kesejateraan dalam aspek emosi, intelektual, dan sosial-nya.
Spiritual itu sendiri merupakan komitmen tertinggi individu, prinsip yang paling komprehensif tentang argumen yang sangat kuat terhadap pilihan yang dibuat dalam hidup. Sedangkan keyakinan spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang maha kuasa & maha pencipta. Sebagai contoh seseorang yang percaya pada Allah sebagai pencipta atau sebagai maha kuasa. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa spiritual merupakan suatu keyakinan didalam diri yang berasal dari nilai-nilai ketuhanan dan nilai luhur dari yang diyakini dan dijadikan sebagai sumber kekuatan untuk menghadapi masalah dan ketenangan hidup.
Dari hal-hal tersebut diatas dapat dikatakan dimensi spiritual menjadi hal penting sebagai aspek perkembangan manusia. Berikut akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan konsep kesehatan spiritual.
A.      Konsep spiritual
1.  Pengertian spiritual
Spiritual secara epistimologi berasal dari bahasa latin yaitu “spiritus” yang berarti nafas atau udara, spirit memberikan hidup, menjiwai seseorang. Spirit memberikan arti penting ke hal apa saja yang sekiranya menjadi pusat dari seluruh aspek kehidupan seseorang. Spiritual adalah suatu yang dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup kepercayaan dan nilai kehidupan. Spiritualitas mampu menghadirkan cinta, kepercayaan, dan harapan, melihat arti dari kehidupan dan memelihara hubungan dengan sesama.
Spiritual adalah konsep yang unik pada masing-masing individu. Masing-masing individu memiliki definisi yang berbeda mengenai spiritual, hal ini dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup dan ide-ide mereka sendiri tentang hidup. Menurut Emblen, 1992 spiritual sangat sulit untuk didefinisikan. Kata-kata yang digunakan untuk menjabarkan spiritual termasuk makna, transenden, harapan, cinta, kualitas, hubungan dan eksistensi. Spiritual menghubungkan antara intrapersonal (hubungan dengan diri sendiri), interpersonal (hubungan antara diri sendiri dan orang lain), dan transpersonal (hubungan antara diri sendiri dengan tuhan/kekuatan gaib). Spiritual adalah suatu kepercayaan dalam hubungan antar manusia dengan beberapa kekuatan diatasnya, kreatif, kemuliaan atau sumber energi serta spiritual juga merupakan pencarian arti dalam kehidupan dan pengembangan dari nilai-nilai dan sistem kepercayaan seseorang yang mana akan terjadi konflik bila pemahamannya dibatasi.
2.  Karakteristik spiritual
Karakteristik spiritual yang utama meliputi perasaan dari keseluruhan dan keselarasan dalam diri seorang, dengan orang lain, dan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi sebagai satu penetapan. Orang-orang, menurut tingkat perkembangan mereka, pengalaman, memperhitungkan keamanan individu, tanda-tanda kekuatan, dan perasaan dari harapan. Hal itu tidak berarti bahwa individu adalah puas secara total dengan hidup atau jawaban yang mereka miliki. Seperti setiap hidup individu berkembang secara normal, timbul situasi yang menyebabkan kecemasan, tidak berdaya, atau kepusingan.
Karakteristik kebutuhan spiritual meliputi:
a)      Kepercayaan
b)      Pemaafan
c)       Cinta dan hubungan
d)      Keyakinan, kreativitas dan harapan
e)      Maksud dan tujuan serta anugrah dan harapan
Karakteristik dari kebutuhan spiritual ini menjadi dasar dalam menentukan karakteristik dari perubahan fungsi spiritual yang akan mengrahkan individu dalam berperilaku, baik itu kearah perilaku yang adaptif maupun perilaku yang maladaptif.
B.      Perkembangan Aspek Spiritual
Pemenuhan aspek spiritual pada klien tidak terlepas dari pandangan terhadap lima dimensi manusia yang harus dintegrasikan dalam kehidupan. Lima dimensi tersebut yaitu dimensi fisik, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Dimensi-dimensi tersebut berada dalam suatu sistem yang saling berinteraksi, interrelasi, dan interdepensi, sehingga adanya gangguan pada suatu dimensi dapat mengganggu dimensi lainnya. Tahap perkembangan manusia dimulai dari lahir sampai manusia itu meninggal dunia. Perkembangan spiritual manusia dapat dilihat dari tahap perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, pra sekolah, usia sekolah, remaja, desawa muda, dewasa pertengahan, dewasa akhir, dan lanjut usia. Secara umum tanpa memandang aspek tumbuh-kembang manusia proses perkembangan aspek spiritual dilhat dari kemampuan kognitifnya dimulai dari pengenalan, internalisasi, peniruan, aplikasi dan dilanjutkan dengan instropeksi.
Namun, berikut akan dibahas pula perkembangan aspek spiritual berdasarkan tumbuh-kembang manusia. Perkembangan spiritual pada anak sangatlah penting untuk diperhatikan.

1.       Usia antara 0-18 bulan,
Bayi yang sedang dalam proses tumbuh kembang, yang mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungan, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri. Tahap awal perkembangan manusia dimulai dari masa perkembangan bayi. Haber (1987) menjelaskan bahwa perkembangan spiritual bayi merupakan dasar untuk perkembangan spiritual selanjutnya. Bayi memang belum memiliki moral untuk mengenal arti spiritual. Keluarga yang spiritualnya baik merupakan sumber dari terbentuknya perkembangan spiritual yang baik pada bayi.
2.       Dimensi spiritual mulai menunjukkan perkembangan pada masa kanak-kanak awal (18 bulan-3 tahun).
Anak sudah mengalami peningkatan kemampuan kognitif. Anak dapat belajar membandingkan hal yang baik dan buruk untuk melanjuti peran kemandirian yang lebih besar. Tahap perkembangan ini memperlihatkan bahwa anak-anak mulai berlatih untuk berpendapat dan menghormati acara-acara ritual dimana mereka merasa tinggal dengan aman. Observasi kehidupan spiritual anak dapat dimulai dari kebiasaan yang sederhana seperti cara berdoa sebelum tidur dan berdoa sebelum makan, atau cara anak memberi salam dalam kehidupan sehari-hari. Anak akan lebih merasa senang jika menerima pengalaman-pengalaman baru, termasuk pengalaman spiritual.
3.       Perkembangan spiritual pada anak masa pra sekolah (3-6 tahun) berhubungan erat dengan kondisi psikologis dominannya yaitu super ego.
Anak usia pra sekolah mulai memahami kebutuhan sosial, norma, dan harapan, serta berusaha menyesuaikan dengan norma keluarga. Anak tidak hanya membandingkan sesuatu benar atau salah, tetapi membandingkan norma yang dimiliki keluarganya dengan norma keluarga lain. Kebutuhan anak pada masa pra sekolah adalah mengetahui filosofi yang mendasar tentang isu-isu spiritual. Kebutuhan spiritual ini harus diperhatikan karena anak sudah mulai berfikiran konkrit. Mereka kadang sulit menerima penjelasan mengenai Tuhan yang abstrak, bahkan mereka masih kesulitan membedakan Tuhan dan orang tuanya.
4.       Usia sekolah merupakan masa yang paling banyak mengalami peningkatan kualitas kognitif pada anak (6-12 tahun).
Anak usia sekolah (6-12 tahun) berfikir secara konkrit, tetapi mereka sudah dapat menggunakan konsep abstrak untuk memahami gambaran dan makna spriritual dan agama mereka. Minat anak sudah mulai ditunjukan dalam sebuah ide, dan anak dapat diajak berdiskusi dan menjelaskan apakah keyakinan. Orang tua dapat mengevaluasi pemikiran sang anak terhadap dimensi spiritual mereka.
C.      Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Spiritual
Spiritual adalah komponen penting dari seorang individu yang dimiliki dan sebuah aspek integral dari filosofi holistik. Perkambangan spiritual pasti mengalami keadaan yang tidak selalu baik seperti halnya fisik. Secara langsung maupun tidak langsung ada beberapa hal yang mempengaruhi perkembangan spiritual. Spiritualitas tidak selalu berkaitan dengan agama, tetapi spiritualitas adalah bagaimana seseorang memahami keberadaannya dan hubungannya dengan alam semesta. Orang-orang mengartikan spiritualitas dengan berbagai cara dan tujuan tersendiri. Setiap agama menyatakan bahwa manusia ada dibawah kuasa Tuhan. Namun, dari semua itu setiap manusia berusaha untuk mengkontrol spiritualitasnya. Inilah yang disebut dengan menjaga kesehatan spiritual. 
Hal terpenting yang mempengaruhi perkembangan spiritual dan sebaiknya kita jaga adalah nutrisi spiritual. Hal ini termasuk mendengarkan hal-hal positif dan pesan-pesan penuh kasih serta memenuhi kewajiban keagaman yang dianut. Selain itu juga dengan mengamati keindahan dan keajaiban dunia ini dapat memberikan nutrisi spiritual. Menilai keindahan alam dapat menjadi makanan bagi jiwa kita. Bahkan serangga yang terlihat buruk pun adalah sebuah keajaiban untuk diamati dan dinilai.
Kedamaian dengan meditasi adalah bentuk lain untuk mendapatkan nutrisi spiritual. Hal itu bukanlah meminta Tuhan kita apa yang kita inginkan tetapi mencari keheningan untuk merekleksikan dan berterima kasih atas apa pun yang telah kita terima. Hal lain yang mempengaruhi perkembangan spiritual kita adalah latihan. Tidak hanya latihan dasar untuk kesehatan tubuh, tetapi juga latihan spiritual untuk menjaga spiritual. Latihan ini terdiri dari penggunaan jiwa kita. Sehingga latihan tersebut memberi sentuhan pada jiwa kita dan digunakan untuk menuntun kita untuk bertingkah-laku dengan baik, untuk menunjukan cinta kasih dan perasaan pada oring lain untuk memahami dan untuk mencari kedamaian. Faktor lain yang mempengaruhi kesehatan spiritual adalah lingkungan. Hal ini dikarenakan lingkungan dimana kita hidup adalah sumber utama kejahatan ynag dapat mempengaruhi jiwa kita. Kita harus waspada untuk menghindari keburukan yang berasal dari lingkungan kita dan mencari hal positif yang dapat diambil.
Tantangan yang dapat mengancam perkembangan spiritual kita dapat berasal dari luar maupun dari dalam dari kita. Ancaman dari luar dikarenakan setiap orang memiliki bentuk penularan spiritual yang menyebarkan penyakit spiritual kepada orang lain disekitar mereka. Beberapa orang merusak moral dan mencoba untuk menarik orang lain untuk mengikuti kepercayaannya. Beberapa agama memberikan bekal keimanan yang cukup untuk menolak kepercayaan lain. Banyak orang-orang yang melakukan hal-hal yang buruk dan jahat. Kemudian mempengaruhi orang lain untuk mengikuti hal-hal buruk yang dilakukan. Keinginan untuk melakukan hal-hal buruk tersebut timbul dari keinginan diri sendiri. Jadi, Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan spiritual adalah nutrisi, latihan dan lingkungan tempat tinggal. Selain itu, terdapat ancaman dari luar maupun dari dalam diri kita. Sehingga kita harus pandai-pandai untuk menjaga kesehatan spiritual kita.
D.      Perubahan Fungsi Spiritual
Perilaku individu sangat dipengaruhi oleh spiritualisme dalam kehidupaannya. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Spiritual adalah suatu yang dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup kepercayaan dan nilai kehidupan. Spiritualitas mampu menghadirkan cinta, kepercayaan, harapan, dan melihat arti dari kehidupan dan memelihara hubungan dengan sesama. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan, memenuhi kewajiban agama, dan kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan. Masalah spiritual ketika penyakit, kehilangan, dan nyeri menyerang seseorang. 
Kekuatan spiritual dapat membantu seseorang ke arah perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritual. Individu mungkin mempertanyakan nilai spiritual mereka, mengajukan pertanyaan tentang jalan hidup seluruhnya, tujuan hidup, dan sumber dari makna hidup. Perubahan perilaku mungkin menjadi perwujudan dari disfungsi spiritual. Manusia yang gelisah tentang hasil tes diagnosa atau yang menunjukan kemarahan setelah mendengar hasil mungkin menjadi menderita distresss spiritual. Orang menjadi lebih merenung, berupaya untuk memperhitungkan situasi dan mencari fakta bacaan yang berlaku. Beberapa reaksi emosional, mencari informasi, dan dukungan dari teman dan keluarga. Pengenalan dari masalah, kemungkinan yang timbul tidak bisa tidur atau kekurangan konsentrasi. Kesalahan, ketakutan, keputusasaan, kekhawatiran, dan kecemasan juga mungkin menjadi indikasi perubahan fungsi spiritual.
Pembahasan diatas menggambarkan kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Individu selama sakit sering menjadi kurang mampu untuk merawat diri mereka dan lebih bergantung pada orang lain untuk perawatan dan dukungan. Perubahan fungsi spiritualitas sering terjadi dalam kehidupan. Oleh karena itu, perubahan fungsi spiritualitas manusia perlu dipahami secara benar. 
E.  Perkembangan Spiritual Anak
Perkembangan keagamaan anak dapat dipupuk oleh pendidikan anak dirumah. Penekanan yang diberikan pada kepatuhan terhadap peraturan agama dalam kehidupan sehari-hari. Anak yang dibesarkan dengan kebiasaan berdoa sebelum makan, sebelum tidur, dan orang tua menceritakan cerita-cerita tentang keagamaan, cenderung perkembangan keagamaannya lebih baik dibandingkan anak yang tidak dibesarkan dengan kebiasaan beragama.
Pada masa ini ‘iman’ anak banyak diperoleh dari apa yang diceritakan orang dewasa. Dari cerita-cerita itu mereka membentuk gambaran Tuhan yang perkasa, surga yang imajinatif, dan neraka yang mengerikan. Gambaran ini umumnya bersifat irasional, karena pada masa ini anak belum memahami sebab-akibat dan belum dapat memisahkan kenyataan dan fantasi. Mereka juga masih kesulitan membedakan sudut pandang Tuhan dengan sudut pandang mereka atau orangtuanya.
Anak mulai menaruh perhatian pada kegiatan keagaamaan yang dilakukan orang tuanya. Dalam hal ini perhatian yang anak tunjukan ialah untuk menirukan kegiatan keagamaan yang dilakukan orang tuanya (observational learning), tetapi belum mampu mengartikan apa yang ia lakukan. Misalnya, anak akan menggoyangkan badan seperti orang yang berdzikir, apabila dilantunkan bacaan dzikir. Menirukan orang yang berdoa, mengangkat kedua tangannya seraya berdoa tetapi belum mengartikannya. Pada masa ini pula rasa ingin tahu seorang anak berada pada posisi yang teratas . Rasa ingin tahu tentang keagamaanpun mulai muncul. Pada anak yang diberikan pembelajaran keagamaan dikeluarganya, seorang anak akan menanyakan hal-hal yang menyangkut keagamaan seperti : ”Siapakah Tuhan?”, “Di mana Surga itu?”, “Apakah Malaikat itu?” Belajar memahami proses keagamaan. Apabila suara adzan telah berkumandang, anak yang dibimbing keagamaannya akan mengambil posisi seperti orang yang melakukan Sholat dan menirukan gerakan shalat. Bagi anak yang sudah diajarkan berdoa, anak akan belajar menerapkan kegiatan berdoa  dengan bimbingan orang tuanya tetapi tidak memahami untuk apa ia berdoa.
F.       Perkembangan Spiritual pada Anak Masa Sekolah
Sejak masa kanak-kanak, anak telah dibiasakan hidup dalam suasana ketuhanan, tetapi mereka sendiri belum mampu menentukan sikapnya terhadap nilai-nilai keagamaan. Dalam masa sekolah, perasaan keagamaan masih dalam perkembangan yang agak lamban karena anak cenderung focus pada realitas sosialnya. Misalnya, anak yang mengikuti sekolah minggu anak tidak memperhatikan kegiatan keagamaannya melainkan lebih memperhatikan kesenangan bernyanyi bersama, berkumpul dengan teman, serta permainan-permainan yang diberikan.
Dalam sisi lain, peningkatan minat pada keagamaan sudah terjadi, tetapi masih belum bisa menentukan sikapnya terhadap nilai keagamaan. Contohnya, anak mulai melakukan kegiatan keagamaan seperti  Sholat  dan berdoa. Tetapi dalam hal ini tidak terlalu memahami makna sholat dan berdoa. Anak mengartikan berdoa itu seperti “ritual meminta-minta”. Sebagai contoh, anak meminta berbagai barang dan mohon bantuan Tuhan dalam melakukan sesuatu yang menurut perasaan mereka tidak dapat mereka lakukan sendiri. Di sisi lain, mereka sudah dapat memahami bahwa Tuhan mempunyai sudut pandang lain dengan turut mempertimbangkan usaha dan niat seseorang sebelum ‘menghakiminya’. Mereka percaya bahwa Tuhan itu adil dalam memberi ganjaran yang sepantasnya bagi manusia.
Pada masa ini anak belum mampu menentukan jalan ketuhanan yang harus ia jalani, cenderung hanya meniru dan meyesuaikan diri dengan pandangan orang tuanya. Maksudnya, anak belum mengetahui kewajiban-kewajibannya sebagai pemeluk agama karena pada masa ini anak belum mampu berfikir abstrak.


















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Spiritual berkaitan erat dengan dimensi lain dan dapat dicapai jika terjadi keseimbangan dengan dimensi lain ( fisiologis, psikologis, sosiologis, kultural). Spiritual sangat berpengaruh terhadap koping yang dimiliki individu. Semakin tinggi tingkat spiritual individu, maka koping yang dimiliki oleh individu tersebut juga akan semakin meningkat. Sehingga mampu meningkatkan respon adaptif terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada diri individu tersebut. Peran pendidik adalah bagaimana mampu mendorong manusia untuk meningkatkan spiritualitasnya dalam berbagai kondisi, Sehingga manusia mampu menghadapi, menerima dan mempersiapkan diri terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada diri individu tersebut.


















DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosda
Sarkawi. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: Sinar Grafika Offset
Susi Purwati, dalam http://susipurwati.blogspot.com/2010/01/konsep-kesehatan-spiritual.html
Uno, Hamzah. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara



Tidak ada komentar:

Posting Komentar